Saturday, March 17, 2012

Setelah leburnya Tembok Zulkarnain



Mereka datang berduyun-duyun setelah hancurnya tembok itu seperti yang dijanjikan. Tamaddun Islam lenyap di tangan mereka.

Mereka berasal dari kaum Turk disebelah utara Asia Tengah. Berpecah menjadi dua golongan besar. Kaum Khazar mendominasi kawasan menghala ke barat manakala Monggol menguasai kawasan menghala ke timur.

Keduanya bangsa ganas beragama pagan. Mereka bergilir-gilir merosakkan buka bumi dan saling berperang sesama mereka. Bercampur gaul sesama mereka dan melahirkan berbagai suku baru termasuklah kaum Eropah sekarang dan China moden.

Salah satu pasukan tentera Monggol pimpinan Hulagu Khan telah merentas kawasan gunung, laluan diantara dua bukit yang sempit. Di sinilah dikatakan terbinanya tembok Zulkarnain. Ini menunjukkan tembok tersebut telah pun termusnah sebelum serangan dilakukan terhadap empayar Islam (Arab) tersebut.

Masihkah menanti keluarnya Yakjuj dan Makjuj?  Sukar dipercayai jika dikatakan Yakjuj dan Makjuj sedang hidup bersama kita sekarang ini. Nantikan pembongkaran selanjutnya. Sebelum itu lebih baik kita mengetahui sejarah bagaimana runtuhnya peradaban Arab/Islam yang dikatakan hebat sekitar 800 tahun lalu.

Runtuhnya Sebuah Peradaban – Serangan Monggol

Oleh: Thoriq Ahmad


Ratusan ribu mayat tanpa kepala berselerakan memenuhi jalan-jalan, longkang – longkang dan padang – padang. Disekitarnya bangunan-bangunan megah dan indah bertukar menjadi penempatan kosong tak berpenghuni. Asap berkepul keluar dari bangunan-bangunan yang dibakar. Tentera dari serendah – rendah pangkat hingga ke yang paling tinggi sibuk memenggal kepala ribuan manusia dan kemudian mengkelaskan kepala yang terpisah dari tubuhnya itu menurut kelompok: kepala wanita, anak-anak, orang tua, dipisahkan satu dari yang lain. Sungai Dajlah atau Tigris berubah menjadi hitam disebabkan dakwat ribuan manuskrip yang dilempar ke dalamnya. Perpustakaan, hospital, masjid, madrasah, tempat mandi awam dan rumah para bangsawan, kedai dan restoran – semuanya dihancurkan.

Demikianlah, kota yang selama beberapa abad menjadi pusat terbesar peradaban Islam itupun musnah dalam sekelip mata. Setelah puas, pasukan penakluk itupun bersiap-siap pergi tanpa penyesalan sedikitpun. Mereka kini hanya sibuk mengumpulkan barang-barang rampasan yang berharga: timbunan perhiasan yang tak ternilai harganya, berkilo-kilo tongkol emas dan wang dinar, batu permata, intan berlian – semua dimasukkan ke dalam ratusan karung dan kemudian diangkut dalam gerabak dan kereta yang sangat panjang. Penyair Sa’idi (1184 – 1291) pernah menyaksikan peristiwa serupa sebelumnya, datuk di kota Shiraz. Dia berhasil menyelamatkan diri dan merakamkan peristiwa yang dia saksikan dalam sajaknya:

Maka langit pun mencurahkan

Hujan lebat darah ke atas bumi

Dan kebinasaan menyapu bersih

Kerajaan al-Mu’tasim, khalifah orang mukmin

Ya Muhammad ! Apabila hari pengadilan datang

Angkutlah kepala tuan dan lihat

Kesengsaraan umatmu ini !

Saksi lain menulis para pemuisi dan penyanyi dipanggil agar bernyanyi dengan riang gembira, sementara bangsawan-bangsawan kota diperintahkan merawat kuda-kuda mereka. Kitab salinan al-Qur’an yang tidak ternilai harganya dilempar dan diinjak-injak. Juwa1yni , seorang sejarawan abad ke-13, yang berhasil melarikan diri dari Bukhara ketika kota itu diserang beberapa tahun sebelumnya, melihat bagaimana kota kelahiran Imam Bukhari ahli hadis yang masyhur itu diratakan sama tinggi dengan tanah. Tulis Juwayni: “Mereka datang, merosak, menghancurkan, membunuh, memperkosa wanita muda dan tua, merampas harta, dan akhirnya pergi dengan tenang dan puas hati.”

Demikian gambaran sekilas kebengisan dan kekejaman yang dilakukan tentera Monggol di lebih separuh daratan Asia dan Eropah Timur sejak awal hingga pertengahan abad ke-13 M. Baghdad, Ibukota Abbasiyah, mendapat giliran agak akhir, pada bulan Februari 1258 M. Serbuan kali ini dirancang dari Transoxania di Asia Tengah dan dipimpin salah seorang cucu Jengis Khan yang tidak kurang bengis dari datuknya. Di antara catatan sejarah mengenai kebiadaban orang-orang Monggol ialah catatan sejarawan terkemuka Ibnu ‘Athir ( 1231 M) dan ahli Geografi Yaqut al-Hamawi (1229). Menurut mereka, tokoh- tokoh muslim terkemuka, amir, panglima perang, tabib, ulama, budayawan, ilmuan, cendekiawan, ahli ekonomi dan politik, serta saudagar kaya – tewas dalam keadaan mengerikan. Kepala mereka dipenggal, dipisahkan dari badan, kerana khawatir ada yang masih hidup dan berpura-pura mati.

Timbul pertanyaan: jenis manusia dan bangsa apakah orang-orang Monggol pada abad ke-13 itu? Mengapa mereka tiba-tiba muncul menjadi kekuatan yang menggemparkan dunia yang penuh peradaban dan dapat menaklukkan wilayah yang sangat luas. Dari hujung timur Korea, negeri China sampai hujung barat Poland, dari batas utara Rusia hingga batas selatan teluk Parsi – semua ditundukkan dan dikuasai hanya dalam waktu kurang lebih 40 tahun ?


Siapa Monggol?

Kata bijak pandai, pemimpin adalah cermin kepada bangsanya. Untuk mengenal siapa bangsa Monggol, lebih mudah jika kita melihat kepada ketua bangsa itu sendiri. Tokoh utama bangsa Monggol pada abad ke-13 M adalah Jengis Khan serta anak cucunya yang juga perkasa seperti Ogotai, Batu, Hulagu dan Kublai Khan.

Jengis telah berhasil mempimpin bangsa Monggol menakluki daratan Asia yang menyebabkan keturunannya memerintah dan menguasai negeri-negeri yang ditaklukkinya itu selama berabad-abad. Dialah yang menempa nama bangsa Monggol menjadi bangsa yang hebat, berani dan nekad. Namanya ketika kecil adalah Temujin. Ayahnya Yasugei, adalah seorang Khan (raja) yang mengepalai 13 kelompok suku Borjigin, salah satu suku utama Monggol – Turk yang paling berapi dan gagah perkasa. Sebagai Khan kecil, Yasugei tunduk kepada Khan yang lebih tinggi, Utaq Khan. Ketika Temujin berusia 13 tahun terjadilah perebutan kekuasaan dalam suku Borjigin.

Ayahnya mati terbunuh disebabkan panah beracun Dario, salah seorang lawan politiknya. Karena masih muda, Temujin tidak diakui sebagai penggantinya. Malahan keselamatan dirinya serta ibu dan adik-adiknya terancam. Keluarga Yasugei melarikan diri dan mendapat perlindungan daripada salah seorang saudaranya dari suku Nainan. Pada tahun 1182 Temujin menjadi remaja yang tangkas serta berani, dan berkahwin dengan salah seorang puteri keluarga terkemuka suku itu, iaitu Bortai. Bortai mendampingi Temujin hingga ke akhir hayat dan setia mengikuti suaminya ke kawasan – kawasan peperangan.

Bakat Temujin sebagai pemimpin mulai kelihatan seawal usia 20 tahun. Segala selok beluk belok ilmu perang dipelajarinya, dengan ketangkasan menunggang kuda dan mahir pula dalam penggunaan segala jenis senjata perang. Secara diam-diam dia mengumpulkan para pengikut ayahnya dan melatih mereka dengan disiplin yang keras. Pada waktu yang tepat diapun menyerang bekas lawan politik ayahnya dan berhasil merebut kembali kedudukannya sebagai Khan suku Borjigin.

Tidak berapa lama setelah itu dia berhasil pula menyatukan suku-suku Monggol dan Turk yang terpencar di wilayah luas antara sungai Dzungaria dan Irtish. Pada tahun 1202 huraltai, majlis besar suku-suku Monggol, memberi pengakuan kepada Temujin sebagai khan seluruh orang Monggol dengan gelaran Jengis Khan. Artinya raja diraja dan dalam bahasa Arab disebut Sayyid al-Mutlaq.

Salah satu faktor keberhasilan Jengis Khan ialah kebengisan dan kekejamannya dalam memperlakukan lawan-lawan politik yang dikalahkannya. Apabila pihak lawan telah ditundukkan, para pemimpinnya lantas ditangkap dan kemudian direbus hidup-hidup dalam air panas yang sedang mendidih dalam belanga besar.

Pengangkatannya sebagai khan besar seluruh orang Monggol semakin memperkuat keyakinan dirinya dan keyakinan bahwa pasukan tenteranya sangat kuat. Inilah yang mendorong Jengis mulai berpikir bagaimana menaklukkan negeri-negeri disekitarnya yang wilayahnya sangat luas dan makmur, seperti Cina, Khawarizmi di Asia tengah, Persia, India, India utara serta Eropah Timur.

Jengis mulai melatih pasukan tenteranya dengan lebih keras lagi, dia merekrut sebanyak-banyaknya orang Monggol dari berbagai suku dan menjadikan mereka kekuatan militan yang besar. Tenteranya dilatih dengan disiplin yang keras. Teknik-teknik dasyat dan kekejaman yang canggih juga diajarkan kepada mereka. Percubaan pertama untuk menguji keunggulan tenteranya ialah dengan menyerbu Cina Utara yang dikuasai bangsa Kin. Alasan penyerbuan cukup kuat:

Bangsa Kin sering menyerang Monggol (Tartar) karena menganggap mereka bangsa biadab. Dalam serangan itu sudah banyak pemimpin Monggol dibunuh dengan cara yang kejam. Lebih ratusan tahun orang Monggol menyimpan dendam terhadap bangsa Kin. Dalam serbuan yang dipimpin Temujin tentera Monggol dengan mudah sekali dapat menundukkan Cina Utara. Penduduk dan pemimpin mereka dibunuh, kecuali orang cerdik pandai, seniman, golongan yang pekerja, sasterawan, guru, ahli bahasa, agamawan, doktor, ahli sejarah, dan pakar strategi perang. Mereka sangat penting untuk melatih dan mendidik orang Monggol sehingga menjadi bangsa yang beradab.

Sebagai tokoh besar lain, Jengis Khan mempunyai idola yang ikut membentuk kepribadian dan arah cita-citanya. Idolanya ialah tokoh utama sebuah cerita rakyat Monggol yang popular bernama Kutula Khan. Menurut cerita tersebut Kutula Khan bertubuh besar. Suaranya bagaikan bunyi guruh dan petir yang menyambar puncak gunung. Tangannya yang kuat bagaikan beruang dengan mudah dapat mematahkan anak panah. Walau udara dingin pada musim gugur dia dapat tidur dengan nyenyak berhampiran api pendiang tanpa memakai baju. Percikan api yang melukai tubuhnya tidak dia pedulikan, seolah-oleh gigitan nyamuk saja. Dalam sehari ia makan seekor kambing dan satu kantung besar susu.

Kepada seorang jeneralnya Jengis bertanya pernah bertanya:” Apakah kebahagiaan terbesar dalam hidup ini, menurut pendapatmu?” Jeneralnya menjawab: “Beburu dimusim luruh dengan menunggang seekor kuda yang tangkas dan bagus! “Bukan!” jawab Jengis Khan. “Kebahagiaan terbesar ialah menaklukkan musuh, mengejar mereka sampai tertangkap, kemudian merampas harta milik mereka, menyaksikan kaum kerabat mereka meratap dan menjerit- jerit, menunggangi kuda-kuda mereka, memeluk isteri dan anak-anak gadis mereka serta memperkosa mereka.”

Ogatai, salah seorang putranya, mempraktikkan betul-betul apa yang dikatakan ayahnya. Apabila Ogatai dan tenteranya berhasil menduduki kota, dia akan memerintahkan ratusan gadis berbaris dan kemudian beberapa gadis paling cantik dipilihnya untuk dirinya. Yang agak cantik untuk jenderal-jenderalnya dan selebihnya untuk perajurit- perajurit yang lebih rendah pangkatnya.

Amir Khusraw, penyair Persia abad ke-13 yang melarikan diri dan tinggal di India, memberi gambaran seperti berikut tentang orang-orang Monggol itu: “Mereka menunggang unta dan kuda dengan tangkas, tubuh mereka bagaikan besi, wajah membara, tatapan muka garang, leher pendek, telinga lebar berbulu dan memakai anting-anting, kulit kasar penuh kutu dan baunya amat busuk.” Penulis lain mengatakan "bahwa mereka seperti keturunan anjing saja, wajah rajanya seperti binatang buas dan berkata bahawa tuhan mencipta mereka dari api neraka.” Sejarawan Ibn ‘Athir melaporkan ketika Bukhara diserbu, 30 ribu tentera kerajaan Khawarizmi tidak terlawan mengahadapi keganasan dan kebengisan mereka.

Juwayni sejarawan abad ke-13 menulis dalam bukunya Tarikh-I-Jehan Gusan: “Jengis Khan naik ke atas mimbar masjid dan mengaku sebagai cemeti Tuhan yang diutus untuk menghukum orang-orang yang penuh dosa.”



Bermulanya Peperangan dengan Negeri – Negeri Islam



Awal permusuhan dan peperangan dengan negeri – negeri Islam bermula dari peristiwa tahun 1212 M. Pada suatu hari tiga orang saudagar Bukhara bersama puluhan rombongannya tiba di wilayah Monggol dan menuju ibukota Karakorum. Entah mengapa, orang-orang Monggol menangkap mereka dan kemudian menyiksanya. Barangan dagangan mereka turut dirampas. Tidak lama setelah peristiwa itu Jengis Khan mengirim 50 orang saudagar Monggol untuk membeli barang dagangan di Bukhara. Atas perintah amir Bukhara Gayur Khan, mereka ditangkap dan dihukum mati. Jengis sangat marah dan merancang menyerbu kerajaan Khawarizmi dan negeri lain di Asia tengah. Penyerbuan itu baru terlaksana pada tahun 1219, hanya selisih tiga tahun setelah tentera Monggol menaklukkan seluruh wilayah Cina.

Pada tahun 1227 Jengis Khan meninggal dunia, sebelum seluruh wilayah Khawarizmi dan Asia tengah, termasuk Afghanistan dan India utara, berhasil ditakluknya. Dia digantikan puteranya Ogatai (1229 – 1241). Dibawah pimpinannya semakin banyak wilayah jajahan Monggol. Kekuasaan mereka mencapai Sungai Wolga dan Polandia. Sebagian besar orang Monggol telah memeluk agama Budha, namun beberapa bangsawan dan isteri mereka ada yang memeluk agama Kristian. Pengganti Ogotai ialah Kuyuk (1246 – 1249) dan Kuyuk digantikan oleh Mangu (1251-1264), putra sulung Tulul dan Tulul ialah adik bungsu Ogotai. Pada masa kepemimpinan Mangu inilah terjadi konflik dalam keluarga Jengis Khan.

Entah apa sebabnya pada suatu hari Mangu menuduh Ogul Ghaimi, bekas permaisuri Ogatai yang beragama Kristian, bermaksud menggulingkan kekuasaannya dan menghasut orang Monggol yang beragama Budha melakukan kekacauan. Ogul Ghaimi dihukum mati dan hampir semua keturunan Ogotai dibunuh. Keputusan tersebut disokong oleh Kubilai Khan, yang telah menjadi kaisar Cina, dan Hulagu. Cucu Ogotai, Kaidu yang menjadi panglima di Subutai, tidak berjaya melaksanakan niatnya membalas dendam.

Dia kemudiannya dipaksa menyerahkan wilayah kemaharajaan Kara Kita (Xinjiang, Cina) kepada Mangu. Bermula dari situ kekuasaan Mangu menjadi bertambah luas. Sebenarnya serangan terhadap Baghdad tidak pernah difikirkan oleh Mangu, kerana di samping tentera Abbasiyah masih dianggap kuat dan berbahaya, beberapa ulama yang menjadi penasihat penguasa Monggol dapat meyakinkan bahawa serangan itu akan mengundang bahawa kepada Mongul. Menurut para ulama, Khalifah al-Mu’tasim ialah pemimpin kaum muslimin dan barang siapa yang menderhaka kepadanya pasti akan mendapat balasan setimpal dari Tuhan.

Serangan terhadap Baghdad terjadi setelah Mangu memerintahkan Hulagu memusnahkan istana benteng Alamut dan wilayah yang dikuasai orang-orang Assasin, iaitu cabang dari Isma’iliyah (Syi’ah Imam Tujuh). Orang-orang Assasin sangat berbahaya karena sering merompak dan membunuh para saudagar, termasuk saudagar Monggol. Ketika mendapat perintah saudaranya itu Jenderal Hulagu juga mendapat pesanan khusus dari isterinya Dokuz Khatun yang beragama Kristian.

Dokuz Khatun mempunyai hubungan dengan pemimpin pasukan perang salib yang sedang berperang dengan tentara Islam yang sedang merebut Jerusalem pada waktu itu, dan berkonspirasi dengan misionaris Kristian untuk menghancurkan kaum Muslim. Dia meminta kepada suaminya agar setelah menghancurkan benteng Alamut, yang membenteng sepanjang pegunungan di timur laut Iran dan Afghanistan, dengan segera selepas itu menaklukkan Iran dan Iraq.

Demikianlah, sebelum penaklukkan dan pembasmian pengikut Assasin di Alamut, Hulaghu dan ribuan tentaranya berangkat dari Transoxiana disebelah utara Samarkand dan Bukhara. Mula-mula ia menyerbu Merw, Rayya dan Nisyapur, kemudian Hamadan dan dari situ berpusing menuju dataran tinggi Marenda serta menghancurkan Istana Benteng Alamut dan membinasakan ribuan pengikut Assasin. Setelah itu pasukan Hulagu menyerbu Azerbaijan dan Armenia, yang dengan mudah dapat ditaklukkannya.

Gerakan selanjutnya ialah ke arah selatan memasuki wilayah al-Jazirah. Setelah beristirahat agak lama dan mengatur strategi perang; diantaranya mengirim pengintip, pada hari Minggu 4 Safar H (Februari 1258) pasukan Hulagu bergerak mendekati Baghdad. Walaupun perlawanan yang diberikan oleh tentara Abbasiyah cukup sengit, namun tidak begitu sukar bagi Hulagu untuk mengalahkan dan menghancurkan mereka.

Catatan yang cukup menarik tentang kekalahan tentera kaum Muslimin Baghdad itu terdapat dalam buku Tarikh al-Islam (hlm. 206-207) karangan sejarawan terkenal abad ke-13M Muhyiddin al-Khayyat:

“Sejak bertahun-tahun lamanya telah timbul pergeseran yang dasyat antara pengikut Sunni dan Syi’ah, juga antara pengikut mazhab Syafi’I dan Hanafi. Pertumpahan darah sering terjadi dalam setiap pertikaian yang timbul diantara golongan-golongan yang saling bertentangan itu. Pada saat itu khalifah yang berkuasa ialah al-Mu’tasim, sedangkan wazirnya Muayyad al-Din al-Qami, seorang tokoh Syi’ah terkemuka. 

Amir Abu Bakar, putera khalifah, dan panglima Rukhnuddin al-Daudar sudah lama menaruh dendam kepada wazir al-Qami. Pada suatu hari Amir Abu Bakar memerintahkan tentera menghancurkan tempat tinggal puak Syi’ah. Peristiwa ini dirasakan oleh wazir sebagai pukulan yang hebat terhadap dirinya. Diam-diam dia berutusan dengan Hulagu dan mendorong panglima Monggol dari Transoxiana itu segera berangkat merebut ibukota Baghdad. Hulagu pun datang dengan ribuan tentaranya pada bulan Safar 656H dan mengepung Baghdad. Dengan persetujuan khalifah, panglima al-Daudar membawa pasukan tentara Baghdad untuk mengusir tentera Monggol. Tetapi malang tidak dapat dielakkan. Pasukannya kalah teruk dan dia sendiri terbunuh dengan kepala terpisah dari badan. 

Sisa pasukannya menyelamatkan diri ke balik tembok ibukota yang kukuh dan sebahagian lagi melarikan diri ke Syiria. Setelah itu wazir al-Qami menemui Hulagu atas persetujuan Khalifah al-Mu’tasim. Rundingan dilakukan antara kedua – dua pihak. Wazir dan pengiringnya pulang ke dalam kota, dan setelah terjadi kekecohan diapun berkata kepada khalifah: “Hulagu Khan berjanji akan tetap menghormati Tuan sebagai khalifah, seperti mereka mengakui Sultan Konya. Bahkan ia hendak mengawinkan seorang puterinya dengan putera Tuanku, Amir Abu Bakar !”

Muhyiddin al-Khayyat selanjutnya melaporkan bahwa khalifah al-Mu’tasim disertai seluruh pembesar kerajaan dan hakim, serta keluarga mereka, berjumlah 3000 orang keluar dari istana menemui Hulagu. Pada mulanya mereka disambut dengan ramah, tetapi tidak lama kemudian mereka habis dibunuh. Wazir al-Qami dan keluarganya diperlakukan dengan cara lebih bengis. Sebelum dibunuh wazir al-Qami dihina Hulagu, “Kamu sepatutnya mendapat hukuman yang lebih berat kerana melakukan khianat kepada orang yang telah memberimu kedudukan istimewa.”

Selama 40 hari pasukan Hulagu membunuh, merampas, memperkosa wanita dan membakar apa saja dihadapan mereka. Rumah-rumah ibadah dihancurkan. Bayi yang berada dalam dukungan dibunuh bersama ibu mereka. Wanita hamil ditusuk perutnya. Mulai saat itu kedaulatan dan kekuasaan Monggol dinobatkan atau Bani Ilkhan berdiri kukuh di Persia (iran dan Iraq). Hulagu Khan dinobatkan sebagai khan dan memilih Tabriz sebagai ibukota kemaharajaannya. Hanya Mesir dan Syiria yang tidak dapat ditaklukkan kerana kuatnya pasukan kaum muslimin di situ.

Monggol Memeluk Islam

Dalam perjalanan sejarah suatu bangsa sering terjadi sesuatu yang pelik dan tidak pernah terbayangkan. Orang Monggol yang dahulunya merupakan musuh dan seteru sengit orang Islam, pada akhirnya tunduk kepada kepercayaan penduduk negeri-negeri yang mereka takluki. Tidak lama setelah jatuhnya kota Baghdad itu telah banyak bangsawan dan pemimpin Monggol secara diam-diam memeluk Islam.

Pada awal abad ke-14 , tidak sampai seratus tahun permusuhan Monggol dengan umat Islam, sebagian besar orang Monggol yang berada di negeri-negeri kaum muslimin telah mula masuk ke dalam agama Islam dan kebudayaan masyarakatnya. Namun demikian, semua itu berjalan dalam proses yang berliku- liku. Sebelum berbondong-bondong memeluk Islam mereka telah menjadi penganut Syamanisme dan Budhisme yang fanatik. Usaha misionaris Kristian untuk mengkristiankan mereka bahkan hampir berhasil lebih dari dua tiga kali. Beberapa pemimpin Monggol bahkan telah menjalin kerjasama dan konspirasi dengan saja-raja Eropah dan pemimpin perang pasukan Salib mereka di tanah suci Jerusalem. Di antara bentuk-bentuk konspirasi itu ialah bersama-sama membantai dan menghancurkan negeri Islam.

Di antara pemimpin Monggol pertama yang memeluk Islam ialah Barkha Khan (1256-1266 ), cucu Jengis Khan dari puteranya Juchi Khan, yang menguasai Eropah timur dan tengah dan berkedudukan di Sarai, lembah Wolga. Dia dan para pengikutnya memeluk Islam pada tahun 1260 berkat dakwah para ulama sufi yang berada di daerah tersebut. Pada tahun itu juga Barkha mengirim ribuan tenteranya untuk membantu sultan Baybars di Mesir yang sedang menghadapi serangan Hulagu Khan dan tentara Salib. Dalam pertempuran di Ain Jalut pasukan Hulagu dapat dihancurkan. Sejak itu agama Islam berkembang pesat di lembah Wolga dan orang-orang Monggol yang bermukim di wilayah itu menyebut diri sebagai orang Kozak (Kystchak).

Adapun keturunan Hulagu Khan sendiri menempuh jalan berliku sebelum memeluk Islam. Ulama-ulama Islam tidak hanya bersaing dengan misionaris Kristian, tetapi bersaing juga dengan sesama mereka, iaitu ulama mazhab Syafi’I dengan Hanafi dan ulama Syi’ah. Pada mulanya usaha misionaris Kristian hampir berhasil. Pengganti Hulagu Khan , iaitu Abagha (1265-1282) memeluk Kristian hasil pujukan ibunya Dokuz Khatun. Ramai pendeta Kristian tinggal didalam istananya, diantaranya sebagai penasihat politik. Pada tahun 1274, Abagha mengirim utusan khusus menghadiri Konsili Lyon. Dia sering berutus surat dengan Raja Louis (1266-1270) dari Prancis dan raja Charles I (1268-1285 ) dari Sicilia. Tadugar (1281-1284), putera Abagha yang menggantikan bapanya yang sejak kecil telah memeluk agama Kristian telah memeluk Islam apabila dewasa.

Dia menyebut dirinya sebagai Sultan Muhammad Tagudar Khan. Namun karena tindakannya memberi peluang terlalu besar bagi perkembangan Islam, dia diadukan oleh tokoh masyarakat Monggol kepada Kublai Khan di Khanbalik, Cina. Perebutan kekuasaan segera terjadi di bawah pimpinan Arghun, saudara kandung Tagudar. Dalam peristiwa itu Tagudar mati terbunuh. Setelah menaiki tahkta, Arghun (1284-1290 ) segera menyingkirkan pembesar-pembesar Islam dari kedudukan penting mereka. Mereka digantikan oleh pembesar beragama Budha dan Kristian. Pengganti Arghun, iaitu Baidu Khan (1293-1295) berbuat serupa. Namun pada masa pemerintahan Baidu inilah terjadi peristiwa paling bersejarah. Puteranya yang menggantikan dia, Ghazan Khan (1295-1302), walaupun sejak kecil dididik sebagai penganut Budhis yang fanatik, ketika menaiki tahkta menyatakan memeluk Islam.

Peristiwa tersebut merupakan kemenangan besar Islam. Ghazan lahir pada tanggal 4 Desember 1271 M. Usianya ketika naik tahkta belum genap berusia 24 tahun. Pada umur 10 tahun dia diangkat menjadi gabenor Khurasan. Pendamping dan penasihatnya ialah Amir Nawruz, putera Arghun Agha yang telah memerintah selama 39 tahun di Persia di bawah pengawasan langsung Jengis Khan dan penggantinya. Amir Nawruz merupakan pembesar Monggol awal yang memeluk agama Islam secara diam-diam. Atas usaha dialah, Ghazan Khan memeluk agama Islam.

Ajakan memeluk Islam itu berawal ketika Ghazan sedang berjuang merebut tahta kerajaan dari saingan utamanya, Baidu. Amir Nawruz berkata, “Tuanku! Berjanjilah, apabila kelak Allah menganugerahkan kemenangan kepada Tuan, sebagai ucapan syukur Anda mesti memeluk agama Islam!” Atas petunjuk dan nasihat Amir Nawruz itulah Ghazan Khan berhasil mengalahkan Baidu dan naik tahta pada tanggal 19 Juni 1295 (4 Sya’ban 644 H). Janjinya untuk memeluk Islam dipenuhi hari itu juga. Bersama 10,000 orang Monggol lain, termasuk sejumlah pembesar dan jeneral dia mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan Syekh Sadruddin Ibrahim, putera tabib terkemuka al-Hamawi.

Setelah empat bulan memerintah, Sultan Ghazan memerintahkan tenteranya menghancurkan kuil Budha, gereja dan sinagor di seluruh kota Tabriz. Di atasnya kemudian dibangun kembali masjid dan madrasah, kerana di tempat yang sama itulah dahulu Hulagu menghancurkan puluhan madrasah dan masjid yang megah. Denman berbuat demikian dia telah menebus dosa leluhurnya kepada kaum muslimin. Menurut Edward G. Browne (Literary History of Persia), Vol. II, 1956), dalam sejarah Persia Sultan Ghazan merupakan raja Monggol pertama yang mencetak wang dinar dengan inskripsi Islam. Syariat Islam kemudian kembali ditegakkan dan undang-undang kerajaan diganti dengan undang-undang baru yang bernafas Islam. Pada bulan November 1297 amir-amir Monggol mulai memakai jubah dan serban ala Persia, dan membuang pakaian adat nenek moyangnya. Walaupun perubahan itu menyebabkan banyak orang Monggol yang masih beragama Budha tidak puas, dan terus menerus menyebarkan benih – benih kebencian dan meletuskan sejumlah pemberontakan, namun pemerintahan Ghazan secara relatif adalah aman dan mantap. Reformasi lain yang dia lakukan ialah pengurangan kadar pajak dan penyusutan jumlah pelacuran dan lokasinya diseluruh negeri.

Sultan Ghazan wafat pada tanggal 17 Mei 1304 dalam usia 32 tahun disebabkan konspirasi politik yang bertujuan mengangkat Alafrank, putera saudara sepupunya Gaykhatu, sebagai raja Monggol beragama Budha. Kematiannya ditangisi seluruh Persia. Dia bukan hanya seorang negarawan muda yang bijak dan taat beribadah, tetapi juga pelindung ilmu dan sastera. Dia menyukai seni, khususnya arkitektur dan ilmu alam. Dia mempelajari astronomi, kimia, mineralogy, metalurgi, dan botani. Dia menguasai bahasa Persia, Arab, Cina Mandarin, Tibet, Hindi dan Latin. Penggantinya, Uljaytu Khudabanda (1304-1316), meneruskan kebijakannya. Tetapi raja Monggol yang paling saleh ialah Abu Sa’id (1317-1334 M), pengganti Uljaytu. Di bawah pemerintahan Abu Sa’id inilah orang Monggol Persia menjadi pembela gigih Islam serta pelindung utama kebudayaan Islam. Dakwah-Info

Wednesday, March 14, 2012

JESUITS dan Perancangannya Memerangi ISLAM (musuh yang tersembunyi)


Lambang (Momokan) Muslim dan Kristian

Masa depan Umat Islam Semakin Kacau

Kita perlu membuat kajian mendalam peranan kumpulan pemikir baru yang dibangunkan oleh satu pertubuhan sulit Vatican untuk tujuan mengatur sosio-politik negara-negara Islam. Di akhir perkhabaran ini akan terbayanglah kelahiran kuasa politik baru yang bertopengkan Islam yang mungkin juga dapat dianggap sebagai "as Sufyani" yang bakal bertapak kukuh selepas kejatuhan rejim Bashir al Asad nanti.

Damsyik (Syam-Syria) adalah tapak di mana lahirnya penguasa zalim yang akan menghalang kebangkitan semula Islam di bumi Arab. Kemuncak kejahatan as Sufyani ialah mencari untuk menghapuskan seorang hamba Allah yang akan di baiah di sisi Kaabah. Muhammad bin Abdullah yang akan bergelar Penghulu Akhir Zaman, al Mahdi.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Daud , “Telah berkata Ali sambil memandang puteranya Hassan,” Sesungguhnya Puteraku ini ialah syed (sayyid) sebagaimana yang telah dinamakan oleh Nabi SAW. Dari keturunannya akan lahir seorang lelaki yang namanya seperti nama Nabi kamu, menyerupai baginda dalam perangai dan tidak menyerupai baginda dalam rupa dan bentuk.” 
Peristiwa ini tidak akan berlaku selagi Arab Saudi tidak mengalami huruhara akibat perebutan kuasa antara pewaris takhta akibat kematian rajanya (mungkin anak Saud yang terakhir). Pengasas Arab Saudi telah mewasiatkan takhta singgahsana negara diwariskan kepada anak-anaknya. Kini kesemua anak-anaknya sudah pun meninggal dunia kecuali 2 orang tetapi dalam keadaan lanjut usia dan uzur.
Rasulullah saw bersabda: “Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Makkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Makkah, lalu mereka membai’at Imam al Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Kaabah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Makkah dan Madinah.” (HR Abu Dawud 3737)
SERANGAN as SUFYANI
Telah bersabda Rasulullah s.a.w, "Suatu pasukan dari umatku akan datang dari arah negeri Syam ke Baitullah (Kaabah) untuk mengejar seorang laki-laki yang akan dijaga Allah dari mereka." (HR. Ahmad)
"umatku" bermakna "mereka yang beragama Islam".
Al-Muhaddits Sayid Ahmad Siddiq Al-Ghumari menerangkan di dalam kitabnya Aqidah Ahlil Islam Fi Nuzuli Isa AS bahawa al Mahdi dilahirkan di Madinah Al-Munawwarah serta dibesarkan di sana. Sebelum umat Islam berbai’at dengannya, berlakulah satu peperangan yang besar di antara penduduk Madinah dengan tentera-tentera as Syufiani. Dalam peperangan tersebut, penduduk Madinah mengalami kekalahan dan mereka lari bersama-sama al Mahdi ke Makkah. Di Makkah datanglah orang dari berbagai-bagai negeri kerana berbai’at dengannya di suatu tempat iaitu di antara Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim.  
As Syufyani ini dari daerah Syam (Damsyiq, Syiria). Dialah yang menyerang Madinatul Munwwarah yang menyebabkan penduduknya melarikan diri ke Makkah, termasuklah Imam al Mahdi. Pada waktu itu tiada siapa pun yang tahu bahawa dia adalah Imam al Mahdi termasuklah dirinya sendiri.

Persediaan untuk kebangkitan rejim as Sufyani ini sedang berjalan lancar melalui perancangan NED, pertubuhan klon CIA dari USA. Juga difahamkan ia bertitik tolak dari penerusan aktiviti Illuminati yang menjadi pencatur utama penciptaan Israel Raya sebagaimana yang terkandung dalam 'Protocols of Zion'. Apa yang pasti al Sufyani akan mengiktiraf Israel sebagai syarat sebagaimana kehendak tuan mereka iaitu Yahudi Amerika.

The Society of Jesus (LatinSocietas IesuS.J.SJ, or SI
is a Catholic male religious order that follows the teachings
 of the Catholic Church. The members are called Jesuits  

Tanda-tanda ini semakin ketara. Dasar ini dipelupori oleh Jesuits Antarabangsa yang kini beroperasi secara giat di USA. Anehnya mereka yang menjalankan tugas "gelap" Vatican ini terdiri dari pemuka-pemuka Yahudi Zion di Amerika bukannya bangsa Eropah di Rome. Terdapat juga maklumat menyatakan bahawa Jesuits ini juga telah diserapi fahaman zionis walaupun ditadbir oleh Vatican.  Freemason dan Illuminati juga adalah agen Zionis Antarabangsa. Kita bolehlah menganggap bahawa ketiga-tiga pertubuhan ini walaupun memakai nama yang berlainan, tetap mempunyai misi yang sama iaitu menjadikan dunia ini milik mutlak orang Yahudi dan secara kebetulan musuh terakhir mereka ialah Islam.

Untuk mengelabui musuh (terutamanya Islam) dalam mengatur berbagai konspirasi, mereka berselindung di sebalik beberapa pertubuhan dengan berbagai nama atas berbagai misi dan peranan yang berbeza. Dalam satu segi, mereka sengaja menampakkan semua kegiatan hanya untuk kepentingan kuasa politik Amerika Syarikat, padahal ia telah lama direka untuk melindungi hasrat Yahudi membangunkan Israel Raya meliputi kawasan dari Sungai Nil hingga ke Sungai Tigris.

Melalui as Sufyani inilah seluruh negara Arab akan ditawan atau dipaksa bersekutu di bawah pengaruh Amerika kecuali Makkatul Mukarramah.
Telah bersabda Rasulullah s.a.w, "Suatu pasukan dari umatku akan datang dari arah negeri Syam ke Baitullah (Kaabah) untuk mengejar seorang laki-laki yang akan dijaga Allah dari mereka." (HR. Ahmad)

Telah bersabda Rasullah s.a.w, "Sungguh, Baitullah ini akan diserang oleh suatu pasukan, sehingga apabila pasukan tersebut telah sampai pada sebuah padang pasir, maka bahagian tengah pasukan itu ditelan bumi. Maka berteriaklah pasukan bahagian depan kepada pasukan bahagian belakang, dimana kemudian semua mereka ditenggelamkan bumi dan tidak ada yang tersisa, kecuali seseorang yang selamat, yang akan mengkhabarkan tentang kejadian yang menimpa mereka." (HR. Muslim, Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah).
FFF

Sejauh manakah Malaysia telah terseret ke dalam perancangan mereka? Kita perhalusi dahulu dari sudud Jesuits ini kerana amat jelas ia telah memberi kesan secara langsung perubabahan sosio-politik negara. Apa yang pasti mereka tidak akan pernah berhenti selagi kita tidak mahu mengikut cara yang mereka anjurkan. Untuk itu pelbagai bentuk kerosakan dilakukan secara rahsia atau secara nyata.

Amat malang maklumat ini akan menjejaskan sebahagian dari kita (umat Islam) yang telah diseliputi fahaman politik dan gagal melepaskan diri darinya (merdeka). Kebenaran terpaksa dipaparkan juga sebagi satu tanggung jawab walaupun tidak disenangi oleh sebahagian dari kita. Amatlah diharapkan satu hari nanti mereka yang enggan percaya akan memikirkannya semula sebagai manusia Islam yang merdeka. Untuk memahami konflik rumit ini, kita semestinya membebaskan dahulu diri kita dari sangkar politik.

Campur tangan Amerika dan Eropah melalui pertubuhan-pertubuhan kebajikan dan juga NGO telah lama bertapak di negara kita. Ramai diantara pemimpin terdahulu terpaksa akur dengan helah dan putar belit Barat ini. Melalui pelbagai tekanan dari pelbagai sudud mereka akan cuba menyuntik racun. Inilah maksud "konspirasi" terancang. Ada juga pemimpin yang engkar dan cuba melepaskan diri, namun sebahagian besarnya gagal berbuat demikian demi menjaga kepentingan negara dan rakyat. Hanya pemimpin yang benar-benar bijak dan faham permainan Yahudi ini sahaja akan mampu mengelak dari terjerumus namun terpaksa juga berkorban dalam beberapa keadaan tertentu. Biasanya mereka akan cuba merahsiakannya (seperti kes surat Mahathir kepada Israel). 

Dari kacamata Barat, Ameraika khasnya. Malaysia diantara mangsa yang paling liat untuk dijinakkan. Indonesia yang mempunyai bilangan penduduk Islam teramai di dunia pun mudah mereka kuasai. Sebagai langkah menjerumuskan negara ke dalam situasi yang akan memenangkan mereka satu strategi khas telah disediakan. Berpandukan apa yang terjadi di Indonesia, Jesuits menjadi agen penting dalam usaha merosakkan Islam dari dalam atas pakaian Interfaith atau persamaan kepercayaan (khususnya Islam-Kristian) dan selanjutnya bangunkan pergerakan Islam Liberal. Dari luar akan wujud tekanan dari pihak Gereja Kristian menuntut itu dan ini dan dari dalam pula Gerakan Islam Liberal akan memberikan sokongan dan menawarkan pelbagai kelonggaran dan tolak ansur. Akhirnya Islam ASWJ akan terkulai layu. 

Keadaan ini telah pun berlaku di semua negara Islam kecuali Malaysia dan Brunei. Arab Saudi juga tidak terkecuali (anda akan lihat peranan tokoh billionair Prince Alwaleed Bin Talal dalam keterangan di bawah). Harap baca perlahan-lahan dan jangan gopoh untuk melihat keseluruhan perancangan jahat Jesuits ini. Walaupun agak berat, ia tidak sukar difahami terutama kepada mereka yang sering membuat kajian mengenai 'konspirasi zionis'.

Apa yang penting, tidak lama lagi akan berlakulah perang di Asia Barat melibatkan wujudnya kuasa baru di Damsyik. Ketika itu Malaysia harus bertahan agar tidak diperdaya dan dinodai oleh CIA/NED sebagai laluan penjajahan USA. Andai kata kita gagal, maka Malaysia akan menjadi sekutu as Sufyani dalam usaha memintas dan menghancurkan kebangkitan al Mahdi. Sekaligus, Melayu akan hancur menjadi debu setelah Islam diperkosa. (Sanggupkah anda melihat tentera kita dihantar ke negara Arab untuk membunuh saudara seagama demi mempertahankan Israel?).



Bergantung kepada kita jenerasi semasa dan akan datang untuk memahami percaturan Yahudi ini. Sama ada akan dapat lepas dan seterusnya bergabung menjadi tentera al Mahdi ataupun ikut serta mereka menentang al Mahdi nanti. Pilihan ada di tangan kita.

Kita tinjau keadaan semasa bagaimana ia menjurus kepada kemungkinan terbangunnya tentera as Sufyani tersebut. 

Pasti ada yang bertanya: Di mana pula tentera Putera Bani Tamim? Harap Maaf. Rahsia ini tidak akan dikongsikan di sini demi keselamatan mereka, tentu sekali untuk keselamatan umat Islam juga terutama yang "ikhlas" mencintai agama. Bukannya mereka yang mencintai dunia politik kepartian adunan Sekular Yahudi ini. Manusia politik akan mudah diratah oleh Yahudi.

Universiti Jesuits – Pasukan Tentera Jesus Arahan Vartican

Menurut wikipedia, Jesuits bermaksud Persatuan atau Pasukan Jesus yang ditubuhkan oleh Ignatius Loyola (seorang Kesatria Sepanyol/Spanish knight) sebagai satu ‘pasukan utama tentera-tentera Jesus’.

Permohonan menubuhkan Jesuit diluluskan Pope Paul III pada tahun 1540.

Menurut laman biblebelievers.org.au, Jesuits adalah ‘Kumpulan Tentera Agama Gereja Roman Katolik’ yang setiap ahlinya diajar bertugas sebagai: 

“mata-mata (spy), untuk mengumpulkan semua statistik, fakta dan maklumat dalam kekuasaan dari setiap sumber, untuk mengambil hati kepercayaan di dalam lingkaran keluarga Protestan dan bidaah dari setiap kelas dan watak, peniaga, banker, peguam, antara sekolah dan universiti, di parlimen dan perundangan, dan dewan negara, dan untuk menjadi segalanya kepada semua orang, supaya tunduk kepada Pope, dan mereka menjadi hamba sampai mati”


Logo Jesuit 


Logo Jesuits berbentuk salib dan tertulis perkataan IHS.



Perhatikan logo Jesuit (bertanda bulat), dalam Program Common Word, di Universiti Jesuit Georgetown. Dari kiri Tony Blair (bekas Perdana Menteri Britain), John Esposito, Mustafa Ceric (Mufti Bosnia/IIIT), Kjell Magne Bondevik (Bekas Perdana Menteri Norway) dan bekas TPM Malaysia, Anwar Ibrahim.


CMCU – Hasib Sabbagh & John Esposito

John Esposito adalah salah seorang Ahli Jesuit yang ketika itu mengajar subjek perbandingan agama di School of Foreign Service (Sekolah Perkhidmatan Luar Negara), di Universiti Georgetown.

Ketika menceritakan saat permulaan penubuhan Center for Muslim-Christian Understanding (CMCU) John Esposito menjelaskan idea itu hasil perbincangannya dengan Father J Bryan Hehin, Naib Presiden Universiti Georgetown.

John Esposito  

Menurutnya, pada tahun 1993, Father J Bryan Hehin menjemputnya untuk makan tengahari berhampiran dengan rumahnya di Wayland, Massachusetts.

Semasa makan, Naib Presiden Universiti Georgetown menyatakan pihak universiti berminat untuk menubuhkan satu pusat yang dikenali sebagai Persefahaman Antara Muslim dan Kristian (Muslim-Christian Understanding). Mereka turut membincangkan kesan baik dan buruk dengan penubuhan pusat itu khususnya kepada agama Kristian.

Idea ini benar-benar menjadi kenyataan pada Oktober 1993, apabila John Esposito menghadiri Persidangan Nasional Konsultasi Bishop Katolik tentang Hubungan Katolik-Muslim (National Conference of Catholic Bishops Consultation on Catholic-Muslim Relation) di Washington dan dalam masa sama Naib Presiden Eksekutif Universiti Georgetown, Father Patrick Heelan memintanya datang berjumpa dengannya bersama Peter F Krogh, Dekan untuk Sekolah Perkhidmatan Luar Negara.

John Esposito dan Peter F Krogh mengakui pemain di sebalik tabir sebenarnya yang menjayakan penubuhan pusat ini adalah Hasib Sabbagh, seorang tokoh korporat Kristian yang berasal dari Palestin.

Hasib Sabbagh mendapat mandat daripada Pope John Paul II, ketika melawat Vartican pada tahun 1981. Pihak Vartican mahukan semua maklumat mengenai Islam, kerana selepas kejatuhan komunis, Islam berpotensi menjadi musuh utama.


Hasib Sabbagh (bertanda bulat) menemui Pope John Paul II di Vartican pada tahun 1981. Turut kelihatan Michel Sabbah (tengah), Latin Patriarch, Jerusalem dan Patriarch Maximos Hakim

Pada tahun 1992, Hasib Sabbagh kemudiannya menghantar pembantunya, Basel Aql menemui Peter F Krogh, Dekan untuk Sekolah Perkhidmatan Luar Negara, Universiti Georgetown untuk membincangkan idea penubuhan pusat Muslim dan Kristian.

Secara kebetulan, Basel Aql sudah lama berkawan dengan Peter F Krogh, jadi dalam pertemuan pertama, pembantu Hasib Sabbagh itu mengatur pertemuan selanjutnya dengan majikannya.

Krogh kemudiannya berjumpa dan berbincang sendiri dengan Hasib Sabbagh di Washington. Mereka membincangkan proses-proses penubuhan pusat itu dan masalah-masalah yang bakal dihadapi.

Menurut Hasib, beliau bersedia menyumbang sumber kewangan untuk membiayai pusat itu melalui syarikatnya, the Fondation pour L’Entente entre Chretiens et Musulmans, yang berpengkalan di Geneva.

Nama John Esposito dicalonkan sebagai Pengarah pusat itu, kerana pengalaman dan pemahamannya tentang Islam melalui penerbitan 4 buah buku ‘The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World’.


Turut didedahkan bahawa Satu Kerusi Untuk Islam di Asia Tenggara akan disumbangkan oleh penyokong dari Malaysia. Tetapi pendedahan itu tidak menyebut siapakah tokoh penyumbang dari Malaysia itu.

Pada tahun 1993, The Center for Muslim-Christian Understanding (CMCU) telah ditubuhkan secara rasmi di Universiti Georgetown apabila majlis tandatangan dilakukan di antara kedua pihak iaitu Hasib Sabbagh mewakili the Fondation pour L’Entente entre Chretiens et Musulmans dan President Leo O’Donovan, mewakili Universiti Georgetown.


John Esposito (bertanda bulat menyaksikan majlis tandatangan penubuhan CMCU antara Hasib Sabbagh (Fondation pour L’Entente entre Chretiens et Musulmans) dan Leo O’Donovan (Presiden Universiti Georgetown)

Misi Pusat adalah untuk meningkatkan hubungan antara dunia Muslim dan Barat. Meningkatkan pemahaman umat Islam di Barat. Ruang lingkup pusat meliputi hampir keseluruh dunia Muslim, dari Afrika Utara ke Asia Tenggara, serta Eropah dan Amerika Syarikat.

Tujuh topik utama yang bakal difokus oleh pusat itu iaitu, ‘Keserasian Islam & Kehidupan Moden’, ‘Dialog Peradaban’, ‘Status Wanita dalam Islam’, ‘Islam & Pemodenan’, ‘Tradisi Yahudi-Kristian-Islam’, ‘Islam & Pluralisme’ dan ‘Islam, kekerasan & keganasan’. Klik di sini

Selepas penubuhan pusat itu, Hasib Sabbagh sekali lagi menemui Pope John Paul II di Vartican mengesahkan pusat yang diimpikan oleh pihak Vartican telah berjaya ditubuhkan di Universiti Georgetown. Sebagai membuktikan kebenarannya, Hasib turut membawa Leo O’Donovan, Presiden Georgetown Universiti untuk memberitahu perkembangannya kepada Pope.


Pertemuan Hasib Sabbagh kali kedua dengan Vartican pada tahun 1993. Dari kiri, Basel Aql, Hasib Sabbagh (bertanda bulat), Pope John Paul II, Leo J. O


Siapa Penyumbang Dari Malaysia ?

Walaupun Peter F Krogh tidak menyebut penama dari Malaysia yang menyumbang kepada penubuhan Kerusi Islam Untuk Asia Tenggara, namun John Esposito dalam tulisannya memberi bayangan siapakah tokoh yang dimaksudkan itu.


Menurut John Esposito, seperti yang dijanjikan sebelum ini, pada tahun tahun 1995, satu kumpulan ahli perniagaan dari Malaysia telah datang menyumbang sebanyak USD$2 million untuk membentuk Kerusi Malaysia di Kerusi Islam Asia Tenggara.

Perjanjian itu sebenarnya telah dibuat terlebih awal iaitu pada Oktober 1994.


Untuk lebih jelas lagi John Esposito turut mendedahkan pada 7 Oktober 1994, Anwar Ibrahim, ketika itu Timbalan Perdana Menteri Malaysia telah hadir ke Universiti Georgetown untuk diraikan dalam majlis penganugerahan President’s Medal.

Dalam majlis itu, Hasib Sabbagh turut hadir sama meraikan pemberian anugerah ‘President’s Medal’ oleh Leo J. O’Donovan, Presiden Universiti Georgetown kepada Timbalan Perdana Menteri Malaysia itu. Klik di sini

Menurut maklumat dalaman, ‘sekumpulan ahli perniagaan dari Malaysia’ yang menyumbang dana kepada Kerusi Malaysia di Kerusi Islam Asia Tenggara itu adalah sekumpulan pihak IIIT (The International Institute of Islamic Thought) yang ketika itu bekerja di Universiti Islam Antarabangsa (UIA).

Sejak dari Anwar menjadi Menteri Pendidikan lagi beliau telah melantik rakan baiknya yang terlibat dalam penubuhan IIIT, di Herdon Virginia, Amerika Syarikat, bekerja di UIA, Malaysia. Mereka yang dilantik Anwar adalah Hamid Abu Suleyman (warganegara Arab Saudi yang menetap di Amerika Syarikat) dan Dr Jamal Barzinji, (warganegara Iraq yang juga menetap di Amerika Syarikat).

Hamid dilantik sebagai Rektor UIA manakala Jamal Barzinji pula dilantik Dean, Kulliyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences. Klik di sini

Blog The Terror Finance mendedahkan Dr Jamal Barzinji dilantik Ketua Ahli Lembaga Pengarah BIMB (Bank Islam Malaysia Berhad) pada tahun 1997 yang memiliki saham terbesar dari JAMI Company Sdn Bhd. JAMI memilki saham sebanyak 3.82% di BIMB yang melayakkannya menjadi Pengarah Bank Islam. Klik di sini

JAMI Company Sdn Bhd yang berproksikan Dr Jamal Barzinji merupakan syarikat yang berpengkalan di New York yang sahamnya dimiliki oleh SAAR Corporation, Al Rajhi Banking and Investment Corporation (ARABIC) dan Sheikh Salah Kamel’s Al Baraka Group.

Glen Simpson dari the Wall Street Journal melaporkan, Jamal Barzinji, Ahmed Totonji dan Hisham Al Talib adalah trio dari pendatang-pendatang Iraq yang mengasaskan IIIT, di Amerika Syarikat (bersama dengan Anwar Ibrahim). Mereka telah berhubungan rapat dalam jangka lama dengan Youssef Nada ahli perniagaan Arab Saudi… Bermula pada tahun 1960-an dan ’70-an, mereka membantu mengasaskan rangkaian Islam (IIIT & WAMY) yang dibantu oleh Arab Saudi dan kumpulan Islam di Amerika Syarikat. Klik di sini.

Apologetik Jesuit, Putera Alwaleed

Menurut campus-watch.org pada tahun 2005, Putera Alwaleed Bin Talal telah menderma sebanyak USD$20 million kepada CMCU yang kemudiannya ditukar nama kepada ACMCU.

 

Putera Alwaleed bin Talal, anggota kerabat diraja Arab Saudi, menimbulkan kontroversi kepada dunia Islam apabila individu ke-26 terkaya di dunia itu didakwa merogol seorang gadis Sepanyol, 23 tahun di atas kapal persiaran yang berlabuh di Kepulauan Ibiza pada 2008.

Satu lagi kontroversi tentang dirinya terdedah apabila beliau menjalankan usahasama perniagaan dengan seorang korporat Yahudi ternama bernama Rupert Murdoch dalam News Corporation.

Derma Putera Alwaleed kepada CMCU disalurkan melalui Prince Alwaleed Bin Talal Foundation, salah satu syarikat Kingdom Holding Company yang berpengkalan di United Kingdom.

Penggerak utama Prince Alwaleed Bin Talal Foundation adalah aktivis IIIT (The International Institute of Islamic Thought), sebuah badan pemikir yang berpengkalan di AS.


Barisan hadapan dari kiri, John Esposito (Pengarah CMCU), John J. DeGioia (Presiden Universiti Georgetown), Putera Alwaleed Talal, Muna Abu Sulaiman (Setiausaha Umum & Pengarah Eksekutif Alwaleed Talal Foundation) dan Alexa Poletto (Georgetown).


Prince Alwaleed Bin Talal Foundation: Pemain di belakang tabir adalah IIIT, Dr Jamal Barzinji (Pengasas IIIT/duduk paling kiri), Muna Abu Sulaiman (anak Dr Abu Hamid Sulaiman/duduk tengah), Dr. Anas al-Shaikh-Ali (IIIT United Kingdom/berdiri no 3 dari kanan), Omer Totonji (anak Dr Ahmad Totonji pengasas IIIT/berdiri no 5 dari kanan). Di universiti Georgetown, Prince Alwaleed Talal Foundation menubuhkan CMCU (Center for Christian and Muslim Understanding). Wakil CMCU adalah John Esposito (duduk no 2 dari kanan), John Voll (berdiri no 3 dari kiri) dan Alexa Poletto (duduk no 3 dari kiri). CMCU adalah tempat Anwar menjadi pensyarah pelawat.

Penggerak Prince Alwaleed Bin Talal Foundation adalah Dr Jamal Barzinji (Pengasas IIIT), Dr. Anas al-Shaikh-Ali (IIIT, United Kingdom), Muna Abu Sulaiman (anak Abu Hamid Sulaiman pengasas IIIT) dan Omer Totonji (anak Dr Ahmad Totonji, pengasas IIIT).

IIIT ditubuhkan di AS pada 1981 diasaskan oleh Dr Ismail Faruqi, Dr Jamal Barzinji, Abu Hamid Sulaiman, Dr Ahmad Totonji dan Anwar Ibrahim.

Bacaan lanjut, klik di sini.

Kalimah Allah

Pada 10 Januari 2010, semasa Anwar melawat Gereja Luther, Petaling Jaya, Bishop Jesuit Philip Lok dalam ucapan alu-aluannya menegaskan kepada Anwar supaya memperteguhkan janjinya untuk mempertahankan kalimah Allah kepada penganut Kristian.


Anwar melawat gereja Petaling Jaya: Dari kiri; Bishop Phillip Lok dari Lutheran Church di Malaysia & Singapore; Bishop Ng Moon Hing dari Anglican (no 3 dari kiri), Rev. Dr. Eu Hong Seng, Naib Pengerusi the Christian Federation of Malaysia (CFM); Dr Jeffrey Kitingan (aktivis Kristian Sabah), Anwar Ibrahim dan Father Thomas Phillips dari gereja Roman Khatolik, Petaling Jaya (paling kanan).

Katanya, perkara itu amat penting kerana Anwar sebelum ini telah berjanji dengan Bishop Lutheran dari Jerusalem, Israel bernama Biskop Munib Younan semasa dialog Kristian-Muslim di University Georgetown di AS pada tahun 2009.

“Di dalam suratnya, Bishop Younan berhujah bahawa perkataan ‘Allah’ telah bebas digunakan oleh orang Kristian Arab selama hampir 2000 tahun!"

“Beliau terus menggesa penggubal undang-undang, Datuk Seri dan rakan-rakan untuk melindungi kebebasan beragama bagi masyarakat Kristian di Malaysia.”, kata Bishop Philip Lok seperti yang dilaporkan oleh laman Asia Lutheran , asia-lutheran.org.

Berasaskan latar belakang di atas, maka tidak hairan, jesuit terlatih di Malaysia, Biskop Katolik, Dr Paul Tan Chee Ing memuji Anwar Ibrahim kerana keberaniannya mempertahankan hak-hak Kristian di negara ini.

The Unspinners.blogspot.com membongkar semula perkaitan Datuk Seri Anwar Ibrahim dengan badan penaja Adenauer Foundation (KAF) atau Stiftung (KAS), membuka satu lagi ruang baru mengenali sisi hitam Ketua Umum PKR. AIDCNews – 13/03/12 – Kaitan Anwar Ibrahim & Missionari Jesuit Published by AIDC on March 13, 2012 

KAF/KAS adalah badan pemikir kepada sebuah parti politik aliran Jesuits di Jerman yang dikenali sebagai Christian Democratic Union.

Yayasan Kristian Jesuits Jerman ini kemudiannya menaja badan pemikir Anwar, Institut Kajian Dasar (IKD) sekitar tahun 1987, iaitu dua tahun selepas badan pemikir itu ditubuhkan.

Maka tidak hairan pada tahun 1996, Anwar Ibrahim satu-satunya Muslim yang menerima anugerah ‘honoris causa‘ (anugerah ijazah untuk menghormati penerima) dari Universiti Jesuit Filipina, Ateneo de Manila University.

Pada tahun yang sama, Anwar juga dianugerahi ‘Presidential Medal’ oleh universiti Jesuit terbesar di Amerika Syarikat (AS), Universiti Georgetown, Washington DC kerana sumbangannya menggalakkan persefahaman antara agama.

Kemudian, pada tahun 2005/2006, Anwar kembali bertugas di Universiti Jesuit Georgetown di CMCU (Center for Muslim–Christian Understanding) yang kemudiannya ditukar nama kepada The Prince Alwaleed Center for Muslim–Christian Understanding (ACMCU).

CMCU diasaskan oleh pengikut Jesuits bernama John Esposito. 

###  penghargaan untuk AIDC

Harap pembaca boleh faham apa yang cuba disampaikan. Ini bukan bermotif politik, sebaliknya untuk memaklumkan peristiwa belakang tabir yang jauh dari jangkauan publisiti terutama akhbar arus perdana. Apa yang lebih penting ialah hebahan maklumat untuk para Muslimin. Orang Islam yang selama ini menganggap agama Islam di Malaysia masih lagi selamat dari sebarang gangguan, malah ada pula yang mengatakan Jesuits ini hanyalah sebuah cerita rekaan. Terserahlah anda sama ada mahu percaya atau tidak. Tiada sebarang paksaan.

Siapa As Sufyani ini? Mereka yang berpakaian Islam, berperaga Islam, berhujah seperti orang Islam, besemangat untuk mengangkat hukum Islam. Sayangnya mereka tidak berjuang kerana Allah tetapi kerana kuasa dan takhta. Berperang kerana dendam dan benci. Mereka bukanlah golongan Mukhlisin yang layak bersama tentera Pemuda Bani Tamim.

Apa yang dibimbangkan ialah telah terwujudnya satu keadaan luar biasa di mana musuh sedang bersembunyi dalam terang (silau). Begitulah caranya mereka bersembunyi.

Selain dari apa yang telah dipaparkan, masih banyak lagi maklumat yang terpaksa ditapis untuk mengelak kekeliruan dan salah faham pembaca. Kita perlu melihat dengan hati terbuka supaya tidak terkeliru dengan helah dan muslihat musuh. 

Siapakah sebenarnya musuh kita? Kenapa ia menjadi musuh? Siapakah yang telah terpedaya? Mampukah kita membanterasnya? Selamatkah anak cucu kita dari agenda mereka? Apakah usaha yang mampu kita lakukan?

Persoalan-persoalan tersebut saya serahkan kepada pembaca untuk membuat penilaian sendiri. Berdoalah kepada Allah Subhana wa Taala supaya Islam di Malaysia terus terpelihara sehingga hari kiamat. Amin.


Monday, March 5, 2012

Devil's Triangle



Methane hydrates

An explanation for some of the disappearances focuses on the presence of vast fields of methane hydrates on the continental shelves. A paper was published in 1981 by the United States Geological Survey about the appearance of hydrates in the Blake Ridge area, off the southeastern United States coast. Periodic methane eruptions may produce regions of frothy water that are no longer capable of providing adequate buoyancy for ships. If this were the case, such an area forming around a ship could cause it to sink very rapidly and without warning. Laboratory experiments have proven that bubbles can, indeed, sink a scale model ship by decreasing the density of the water.



Hypothetically, methane gas might also be involved in airplane crashes, as it is not as dense as normal air and thus would not generate the amount of lift required to keep the airplane flying. Methane can cut out an aircraft engine with very little levels of it in the atmosphere.


Tidal waves

Research has shown that tidal, freak, or rogue waves can reach up to 30 m (100 feet) in height and are capable of sinking large ships within moments. Although these are very rare, in some areas ocean currents mean they happen more often than the normal. Such waves have now been hypothesized as a cause for many unexplained shipping losses over the years.


Tsunami Wave. Image source:
http://www.adapage.com/magazzino/Immagini%20extreme%20nature.htm

Some research suggests that some of these waves are caused by giant bubbles of methane rising to the surface. These giant bubbles are created when methane vents at the ocean bottom become clogged; then pressure builds up and eventually the gas bursts out and rises rapidly to the surface thus generating the wave. Research has shown that such bubbles are able to sink scale sized ships with great ease and speed.

 



Exorcizing the Devil's Triangle

By Howard L. Rosenberg ©
Sealift no. 6 (Jun. 1974): 11-15.

DEPARTMENT OF THE NAVY -- NAVAL HISTORICAL CENTER
805 KIDDER BREESE SE -- WASHINGTON NAVY YARD
WASHINGTON DC 20374-5060
Source: http://www.history.navy.mil/faqs/faq8-3.htm

During the past century more than 50 ships and 20 aircraft sailed into oblivion in the area known as the Devil's Triangle, Bermuda Triangle, Hoodoo Sea, or a host of other names.

Exactly what happened to the ships and aircraft is not known. Most disappeared without a trace. Few distress calls and little, if any, debris signaled their disappearance.

Size of the triangle is dictated by whoever happens to be writing about it, and consequently what ships and the number lost depends largely on which article you read.

Vincent Gaddis, credited with putting the triangle "on the map" in a 1964 Argosy feature, described the triangle as extending from Florida to Bermuda, southwest to Puerto Rico and back to Florida through the Bahamas. Another author puts the apexes of the triangle somewhere in Virginia, on the western coast of Bermuda and around Cuba, Dominican Republic and Puerto Rico. Sizes of the areas described ranged from 500,000 to 1.5 million square miles.

 

Whatever the size or shape, there supposedly is some inexplicable force within it that causes ships and planes to vanish.

According to Richard Winer, who recently completed a TV film documentary on the area, one "expert" he interviewed claims the missing ships and planes are still there, only in a different dimension as a result of a magnetic phenomenon that could have been set up by a UFO (Unidentified Flying Object).

Winer is currently writing a book on the subject and has traveled most of the area in his sailboat. He confesses he "never saw anything unusual."

Winer's TV program dealt mostly with the strange disappearance in 1945 of five Navy TBM Avengers with 14 fliers who flew from Ft. Lauderdale into the triangle never to return. A PBM Mariner with a 13-man crew was sent out to search for the fliers. It too, never returned.

Few have really dug into all the aspects of this mystery, but many are content to attribute the loss of Flight 19 to some mysterious source, like UFOs. Michael McDonnel did do some digging. In an article he wrote for the June 1973 edition of Naval Aviation News, he suggested the most realistic answer to the loss of Flight 19 was simple, that after becoming lost, they ran out of gas. Many question that possibility by asking, "How could such experienced pilots get lost? How could all the compasses be wrong?"

 

If the planes were flying through a magnetic storm, all compasses could possibly malfunction. Actually, man's knowledge of magnetism is limited. We know how to live with it and escape it by going into space, but, we really don't know what exactly it is.

As for the pilots' experience, Flight 19 was a training flight. Though advanced, it was still training. Even the most "experienced" pilots make mistakes.

McDonnel concludes his article with the statement, "Former TBM pilots that we questioned express the opinion that the crew of an Avenger attempting to ditch at night in a heavy sea would almost certainly not survive the crash. And this, we feel was the case with Flight 19. The aircraft most probably broke up on impact and those crewmen who might have survived the crash would not have lasted long in cool water."

The PBM Mariner was specifically designed as a rescue plane with the ability to remain aloft for 24 hours. But the Mariners were nicknamed "flying gas tanks" by those who flew them. It was common for a pilot to search the crew members before each flight for matches or cigarette lighters because gas fumes often were present. After this Mariner disappeared, the Navy soon grounded all others.

Another mysterious disappearance that baffles researchers is that of the SS Marine Sulphur Queen. Bound for Norfolk, Va. from Beaumont, Texas, the tanker was last heard from on Feb. 3, 1963, when she routinely radioed her position. The message placed her near Key West in the Florida Straits.

Three days later, Coast Guard searchers found a solitary life jacket bobbing in a calm sea 40 miles southwest of the tanker's last known position. Another sign of the missing tanker or her 39-man crew has ever been found.

The absence of bodies might be explained by the fact that the waters are infested with sharks and barracuda. As for the tanker, she was carrying 15,000 long tons of molten sulphur contained in four metal tanks, each heated to 275 degrees Fahrenheit by a network of coils connected to two boilers.

No one knows for sure whether she blew up, but it is a possibility. If gas escaped from the tanks and poisoned the crew, the radio officer may have not had time to send a distress call before being overcome. The slightest spark could have set the leaking sulphur afire in an instant.

Writing in the Seamen's Church Institute of New York's magazine, The Lookout, Paul Brock said that officers on a Honduras flag banana boat "reported to the Coast Guard that their freighter ran into a 'strong odor' 15 miles off Cape San Antonia, the western tip of Cuba, just before dawn on February 3. The odor was acrid.'"

Brock speculates that they could have smelled the fumes coming from the Sulphur Queen "floating somewhere over the horizon, her crew dead and her cargo blazing."

According to Brock, T-2 tankers like the Sulphur Queen had a history of battle failure. He said that "during the preceding years, three T-2s had split in half." Brock also cites a case in December 1954 when a converted Navy LST, the Southern District, was heading up the North Carolina coastline when she disappeared without a trace or distress call. Her cargo was powdered sulphur.

One of the most celebrated stories of Devil's Triangle victims, is that of USSCyclops which disappeared in March of 1918.

 

In his television program, Richard Winer indicated the captain of the Cyclops was rather eccentric. He was reputedly fond of pacing the quarterdeck wearing a hat, a cane and his underwear. Prior to the Cyclops disappearance there was a minor mutiny by some members of the crew which was promptly squelched by the captain and the perpetrators were sent below in irons. None of this really offers a clue to what happened to the collier Cyclops, but it suggests something other than a mysterious force might have led to her doom.

According to Marshall Smith writing in Cosmopolitan, September 1973, "theories ranged from mutiny at sea to a boiler explosion which carried away the radio shack and prevented any distress call." One magazine, Literary Digest, speculated that a giant octopus rose from the sea, entwined the ship with its tentacles and dragged it to the bottom. Another theory was that the shipped suddenly turned turtle in a freak storm, trapping all hands inside.

Fifty years later, novelist Paul Gallico used the idea as the peg for a novel called The Poseidon Adventure which was made into a successful movie in 1972.

Cyclops was assigned to the Naval Overseas Transportation Service, which became the Naval Transportation, which merged with the Army Transport Service to become the Military Sea Transportation Service and then Military Sealift Command. When she sailed she was loaded with 10,800 tons of manganese ore bound for Baltimore from Barbados in the West Indies.

 

Information obtained from Germany following World War I disproved the notion that enemy U-boats or mines sank the Cyclops. None were in the area.

Another story concerns the loss of the nuclear submarine USS Scorpion in the Devil's Triangle. It is impossible to stretch even the farthest flung region of the triangle to include the position of the lost sub.

Truth is, Scorpion was found by the MSC oceanographic ship USNS Mizar about 400 miles southwest of the Azores, nowhere near the Devil's Triangle. Its loss was attributed to mechanical failure, not some demonic denizen of the deep.

There are literally thousands of cases of lost ships ever since primitive man dug a canoe out of the trunk of a tree and set it in the water. Why all this emphasis on the Devil's Triangle? It's difficult to say.

It would seem that, historically, whenever man was unable to explain the nature of the world around him, the problems he faced were said to be caused by gods, demons, monsters and more recently, extra-terrestrial invaders.

Before Columbus set sail and found the Americas, it was believed that the world was flat and if you sailed too far west, you would fall off the edge. That reasoning prevails concerning the Devil's Triangle. Since not enough scientific research has been done to explain the phenomenon associated with the area, imagination takes over. UFOs, mystical rays from the sun to the lost Continent of Atlantis, giant sea monsters and supernatural beings are linked to the mysterious disappearances in the triangle.

To someone unprepared to take on the immense work of scientific research, supernatural phenomenon make for an easy answer. But, it is amazing how many supernatural things become natural when scientifically investigated.

There are a number of natural forces at work in the area known as the Devil's Triangle, any of which could, if the conditions were right, bring down a plane or sink a ship.

Many reputable scientists refuse to talk to anyone concerning the Devil's Triangle simply because they do not want their good names and reputations associated with notions they consider ridiculous.

One expert on ocean currents at Yale University, who asked not to be identified, exploded into laughter at the mention of the triangle and said, "We confidently, and without any hesitation, often go to sea and work in that area." Another scientist refused to talk about it.

Atmospheric aberrations are common to jet age travelers. Few have flown without experiencing a phenomenon known as clear air turbulence. An aircraft can be flying smoothly on a beautifully clear day and suddenly hit an air pocket or hole in the sky and drop 200 to 300 feet.

 

Lt. Cmdr. Peter Quinton, meteorologist and satellite liaison officer with the Fleet Weather Service at Suitland, Md., said, "You can come up with hundreds of possibilities and elaborate on all of them and then come up with hundreds more to dispute the original ones."

"It's all statistical," he said, "there's nothing magical about it." According to Quinton, the Bermuda Triangle is notorious for unpredictable weather. The only things necessary for a storm to become a violent hurricane are speed, fetch (the area the wind blows over) and time. If the area is large enough, a thunderstorm can whip into a hurricane of tremendous intensity. But hurricanes can usually be spotted by meteorologists using satellite surveillance. It is the small, violent thunderstorms known as meso-meteorological storms that they can't predict since they are outside of normal weather patterns. These are tornadoes, thunderstorms and immature tropical cyclones.

They can occur at sea with little warning, and dissipate completely before they reach the shore. It is highly possible that a ship or plane can sail into what is considered a mild thunderstorm and suddenly face a meso-meteorological storm of incredible intensity.

Satellites sometimes cannot detect tropical storms if they are too small in diameter, or if they occur while the satellite is not over the area. There is a 12-hour gap between the time the satellite passes over a specific part of the globe until it passes again. During these 12 hours, any number of brief, violent storms could occur. 

 

Quinton said, "Thunderstorms can also generate severe electrical storms sufficient to foul up communication systems." Speaking of meso-meteorological storms, which she dubbed "neutercanes," Dr. Joanne Simpson, a prominent meteorologist at the University of Miami, said in the Cosmopolitan article that "These small hybrid type storm systems arise very quickly, especially over the Gulf Stream. They are several miles in diameter, last a few minutes or a few seconds and then vanish. But they stir up giant waves and you have chaotic seas coming from all directions. These storms can be devastating."

An experienced sailor herself, Dr. Simpson said on occasion she has been "peppered by staccato bolts of lightning and smelled- the metallic odor of spent electricity as they hit the water, then frightened by ball lightning running off the yards." Sailors have been amazed for years by lightning storms and static electricity called "St. Elmo's Fire."

Aubrey Graves, writing in This Week magazine, August 4, 1964, quotes retired Coast Guard Capt. Roy Hutchins as saying, "Weather within the triangle where warm tropical breezes meet cold air masses from the arctic is notoriously unpredictable." "You can get a perfectly good weather pattern, as far as the big weather maps go, then go out there on what begins as a fine day and suddenly get hit by a 75-knot squall. They are localized and build up on the spot, but they are violent indeed."

Many boatmen, Hutchins said, lack understanding of the velocity of that "river within the ocean" (Gulf Stream) which at its axis surges north at four knots. "When it collides with strong northeast winds, extremely stiff seas build up, just as in an inlet when the tide is ebbing against an incoming sea."

"The seas out there can be just indescribable. The waves break and you get a vertical wall of water from 30 to 40 feet high coming down on you. Unless a boat can take complete submergence in a large, breaking sea, she can not live."

Last year, the Coast Guard answered 8,000 distress calls in the area, 700 a month or 23 a day. Most problems could have been avoided if caution had been used. The biggest trouble comes from small boats running out of gas. According to the Coast Guard, an inexperienced sailor is looking for trouble out there. A small boat could be sucked into the prop of a big tanker or swamped in a storm and never be seen again. 

 

Another phenomenon common in the region is the waterspout. Simply a tornado at sea that pulls water from the ocean surface thousands of feet into the sky, the waterspout could "wreck almost anything" said Allen Hartwell, oceanographer with Normandeau Associates.

Hartwell explained that the undersea topography of the ocean floor in the area has some interesting characteristics. Most of the sea floor out in the Devil's Triangle is about 19,000 feet down and covered with deposition, a fine-grained sandy material. However, as you approach the East Coast of the United States, you suddenly run into the continental shelf with a water depth of 50 to 100 feet. Running north along the coast is the Gulf Stream which bisects the triangle carrying warm tropical water.

Near the southern tip of the triangle lies the Puerto Rico Trench which at one point is 27,500 feet below sea level. It's the deepest point in the Atlantic Ocean and probably holds many rotting and decaying hulks of Spanish treasure galleons. 

 

Many articles concerning the triangle have made the erroneous statement that the Navy formed Project Magnet to survey the area and discover whether magnetic aberrations do limit communications with ships in distress, or contribute to the strange disappearance of ships and aircraft.

 

Truth is that Navy's Project Magnet has been surveying all over the world for more than 20 years, mapping the earth's magnetic fields. According to Henry P. Stockard, project director, "We have passed over the area hundreds of times and never noticed any unusual magnetic disturbances."

Also passing through the Devil's Triangle is the 80th meridian, a degree of longitude which extends south from Hudson Bay through Pittsburgh then out into the Triangle a few miles east of Miami. Known as the agonic line, it is one of two places in the world where true north and magnetic north are in perfect alignment and compass variation is unnecessary. An experienced navigator could sail off course several degrees and lead himself hundreds of miles away from his original destination.

This same line extends over the North Pole to the other side of the globe bisecting a portion of the Pacific Ocean east of Japan.

This is another part of the world where mysterious disappearances take place and has been dubbed the "Devil Sea" by Philippine and Japanese seamen. Noted for tsunami, the area is considered dangerous by Japanese shipping authorities. Tsunami, often erroneously called tidal waves, are huge waves created by underground earthquakes. These seismic waves have very long wave lengths and travel at velocities of 400 miles per hour or more. In the open sea they may be only a foot high. But as they approach the continental shelf, their speed is reduced and their height increases dramatically. Low islands may be completely submerged by them. So too may ships sailing near the coast or above the continental shelf.

Quite a bit of seismic activity occurs off the northern shoreline of Puerto Rico. Seismic shocks recorded between 1961 and 1969 had a depth of focus ranging from zero to 70 kilometers down. Relatively shallow seaquakes could create tsunamis similar to those in the Pacific Ocean, but few have been recorded.

A distinct line of shallow seaquake activity runs through the mid-Atlantic corresponding with the features of the continental shelf of the Americas.

Some claim we know more about outer space than we do about inner space, including the oceans. If that is true, much information has yet to be developed concerning the Devil's Triangle. As recently as 1957 a deep counter-current was detected beneath the Gulf Stream with the aid of sub-surface floats emitting acoustic signals. The Gulf Stream and other currents have proved to consist of numerous disconnected filaments moving in complex patterns.

What it all adds up to is that the majority of the supernatural happenings offered as explanations for the Devil's Triangle mysteries amount to a voluminous mass of sheer hokum, extrapolated to the nth degree.

Mysteries associated with the sea are plentiful in the history of mankind. The triangle area happens to be one of the most heavily traveled regions in the world and the greater the number of ships or planes, the greater the odds that something will happen to some.

Each holiday season the National Safety Council warns motorists by predicting how many will die on the nation's highways. They are usually quite accurate, but, no monsters kill people on highways, only mistakes.

Seafarers and aircraft pilots also make mistakes. Eventually scientists will separate fact from the fiction concerning the Devil's Triangle. Until then, we can only grin and bear the ministrations of madness offered by triangle cultists.

If you happen to be passing through the triangle while reading this article, don't bother to station extra watches to keep a wary eye out for giant squids. Better to relax and mull over the words of poet Henry Wadsworth Longfellow:

"Wouldst thou," so the helmsman answered,
"Know the secret of the sea?"
Only those who brave its dangers,
Comprehend its mystery.



Pyramid under the Bermuda Triangle? Devil's Triangle

Pyramid under the Bermuda Triangle? Devil's Triangle

You may be familiar with the bermuda triangle, or another name devil's triangle. Located in the atlantic ocean an area of 4 million km² that form a triangular pattern, the area between bermuda britaniaraya who are at a point north and puerto rico who are at a point south (u.s.) And miami florida as a point of its western section.


Recently some scientists american, french and other countries doing research on underwater bermuda triangle. In the research is shocking that there is a pyramid-shaped building stands upright under the sea and no knick-known because of its location .. This pyramid has a 300x200 meter² long and high and located about 100 meters from sea surface (between the highest peak of the pyramid with the sea surface).

If we compare it with the pyramids in egypt, this pyramid shape larger than in egypt. On top of this pyramid there are two very large holes, the sea water that passes through this hole with a high speed will make the raging waves and form a giant vortex that resulted in the surrounding waters would pose a very terrible tempestuous waves and mist on the sea surface.


This discovery makes scientists wonder.

Some scientists argue, the pyramid was built which was originally created on the mainland, and at times it happens that very terrible natural disasters that resulted in area under the sink to the sea water and changes over time make it deeper and deeper. Other scientists have argued that this pyramid is one of the nation atlantis activity that may be a supply warehouse them. There is also the opinion that this pyramid is a holy land that protected the nation atlantis because maybe this place has a kind of power that is the energy of the cosmos, the pyramid that can attract and collect cosmic rays, the wave energy field or another as yet unknown and the structure on the inside and probably the microwave resonance which has the effect of an object that collects the energy source.


Master li hongzhi in zhuan falun has a description of the discovery of prehistoric civilization:
"on earth there are continental asia, europe, south america, north america, oceania, africa and antarctica aging, which by geological scientists generally called" continental plate ". When it formed a continental plate until now, there are already tens of millions of years of history. That can be said that much land from the sea bottom that rises up, there is also a land who drowned to the bottom of sea, since the condition is stabilized so far.

But in many underwater, has found a number of large high buildings with exquisite carvings, and not from the cultural heritage of modern humanity, so it's definitely a building that has been made before he drowned to the bottom of the sea. "viewed from this angle, the mystery of the origin of this underwater pyramid has to be solved.

artikel menarik sepanjang masa

Total Pageviews